Purnama pertama di bulan oktober. Aku masih saja mengharap temu denganmu, di ruang tunggu kita; tempat biasa kita berjumpa.
Pagi ini bertepatan dengan hari senin. Aku sengaja berangkat lebih pagi dari biasanya. Seperti halnya hari-hari sebelumnya. Niatku pagi ini hanya satu; ingin segera menjumpaimu.
Meski hanya berpapasan, atau sekadar bertukar senyum. Aku merasakan ada hal yang lain, seperti ada yang membuatku betah untuk berlama-lama melewati hari ini. Ada hal yang membuatku berharap, agar waktu sedikit saja memberiku ruang untuk membersamaimu hari ini.
"Ahh, andai saja jam di tanganku yang sedang berhenti ini bisa turut serta menghentikan waktu semesta ..." pikirku waktu itu.
Namun, aku sedikit cemas ketika bidadari yang aku tunggu, kini tak kunjung datang menampakkan diri. Apakah dia akan datang lebih siang dari biasanya? Apakah aku perlu mengirim pesan padanya untuk menjawab rasa penasaranku itu? Ahh, meskipun ingin, tapi aku merasa kurang percaya diri untuk menanyakan hal sepele seperti itu padamu.
Dalam diam aku berangan, agar kau segera hadir di hadapanku. Secepat kilat menujuku, terbang dengan selendang bidadari warna biru favoritmu.
Ahh, semisal saja aku punya selendang semacam itu (juga), mungkin aku saja yang datang menjemputmu, agar cemas tak lagi merongrong pikiran tentang ketidakhadiranmu.
Atau aku curi saja selendang itu darimu. Agar kelak, kau tak bisa terbang ke mana-mana, tanpa aku; di sisimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar