Sabtu, 26 April 2014

Tunggu dan Bersabarlah
 
Maafkan aku, jika aku tak bisa menemuimu.
Maafkan aku, jika aku tak bisa menyentuhmu.
Mungkin dalam hitungan minggu, mungkin juga bulan.
Maafkan aku, bila aku mengabaikanmu.
Maafkan aku, bila aku mengacuhkanmu.

Mungkin nanti aku akan bertemu dengan yang lain.
Mungkin nanti aku akan bersama dengan yang lain.
Ditempat yang lain, ditempat yang berbeda.
Mungkin aku tak mengingatmu.
Mungkin aku akan melupakanmu.

Namun percayalah, ini hanya sementara, mungkin hanya sekejap mata.
Aku tetaplah aku yang dahulu, tak berubah.
Tunggulah aku, bersabarlah untukku.
Hingga aku menjadikanmu seutuhnya untukku.
Sampai nanti, sampai aku terkurung sepi.

Kamis, 24 April 2014

CEWEK JAIM

Aku, seperti inilah adaku, pendiam, pemalu, tak istimewa.
Aku yang tak ingin harga diriku jatuh dihadapan kaummu.
Aku yang tak ingin dipermainkan seperti teman-temanku.
dan aku yang ingin menjaga kehormatanku diatas kaummu.
Mungkin kamu berfikir aku egois dan tak menghormatimu.
Mungkin kamu berfikir aku sombong, tak peduli, jual mahal, atau apalah itu.
Memang seperti inilah aku, aku tetap ingin memegang prinsipku.
Bersabarlah padaku, maka suatu saatpun aku akan terbuka padamu.
Bersabarlah padaku, karena aku akan tau seberapa besar kasih dan perhatianmu.
Janganlah kau kesal lalu menjauhiku karena sikapku.
Janganlah kau kesal lalu berhenti mendekatiku.
Jangan kau menjadi seorang pengecut, karena aku tak suka lelaki pengecut.
Aku hanya seorang wanita, yang ingin mencari kasih sayang dari laki-laki istimewa versiku.
Laki-laki yang mengerti seperti apa adanya aku.
Dan laki-laki yang mau menerima wanita sederhana, namun dengan cara yang luar biasa.

Sabtu, 19 April 2014

B.E.S.T.F.R.I.E.N.D.S.

Bila ada aku, disitu ada kamu.
Entah sedih ataupun senang, kita lalui bersama.
Seolah bumi hanya milik kita saja.
Teruskan berjalan, walau badai menerjang.
Fikiran yang akan kita satukan untuk melewatinya.
Rasa peduli yang selalu terpatri dalam diri.
Inilah kunci untuk saling berbagi.
Egomu dan egoku, justru itu membuat kita satu.
Nikmati hidup dengan cara kita yang berbeda.
Dulu ataupun nanti, kita akan tetap bersama.
Selamanya, sampai maut menjemput kita
.

Kamis, 17 April 2014

 Jalanku dan Jalannya

Aku berjalan mengikuti arah yang tak ku inginkan.
Ini adalah jalan lain dari jalan keinginan mereka.
Mungkin kalian bilang aku bodoh, dungu, atau apalah.
Mau-maunya aku mengikuti keinginan dan keegoisan mereka.
Aku tidak kalah, aku tidak salah, aku hanya mengalah.
Bagiku inilah yang terbaik, mengikuti apa yang mereka pinta.
Mungkin aku seperti sebuah robot, yang sedang dimainkannya.
Kemana dia jalankan, aku pun mengikutinya.
Apapun yang aku lakukan, mereka akan senang.
Bagiku inilah yang terbaik, mengorbankan hati demi mereka.
Memendam keinginan diri demi kepuasan orang lain.
Bagiku, inilah yang namanya pengorbanan sesungguhnya.
Mengorbankan keinginan diri demi kebahagiaan orang lain.
Jangan kalian kira ini mudah.
Karena belum tentu kalian bisa melakukannya.
Jangan kalian kira ini mudah.
Karena kalian tidak akan pernah tau apa yang aku rasa.
Dan jangan kalian kira ini mudah.
Bila kalian diposisiku, mungkin kalian juga akan melakukan hal sama.
Walaupun hanya setengah hati aku jalani.
Walaupun ini bukan jalan yang aku ingini.
Tapi aku bahagia menjalaninya, karena aku bahagia melihatnya bahagia.
Melihat mereka bahagia adalah harapanku, tak peduli jadi apapun aku.
Aku hanyalah aku, tak berarti jua tanpa mereka.
Mereka yang bukan siapapun, melainkan adalah sebuah keluarga.
Kecil, sederhana namun bahagia.
Aku mulai belajar untuk bersyukur telah berjalan di jalan ini.
Aku pikir, belum tentu juga jalan yang aku impikan itu baik bagi diriku sendiri.



Terimakasih untuk apa yang telah kalian berikan.
Mungkin inilah saatnya aku untuk membalasan pemberian kalian.
Inilah jawaban dari doa-doa kalian.

Senin, 14 April 2014

Keajaiban Hadir Disetiap Mimpi
 
Hei, aku bingung dengan apa yang ingin aku tulis ini. Otakku terlalu penuh untuk berfikir, merangkai ingatan demi ingatan yang apa telah aku lalui. Aku terlalu sedih untuk mengingat yang seharusnya tak kuingat, melakukan yang seharusnya tak kulakukan. Konsentrasiku terasa buyar, aku memang tidak pernah bisa melakukan dua sampai tiga hal sekaligus dalam satu waktu. Aku bukan Dewa yang bisa melakukan semua hal dengan sekali kedipan mata. Aku juga bukan Penyihir, yang dengan santainya mengayunkan tongkat ajaibnya, dan semua bisa berjalan dengan sendirinya, dan bukan pula aku adalah Professor genius, yang bisa menciptakan segala bentuk Robot untuk membantu melakukan segala hal yang inginkan. Aku manusia kecil, yang hanya bermodalkan dengkul dan otak yang pas-pasan. Mencoba menyelesaikan masalah dengan menimbulkan masalah yang baru. Mencoba menjalankan kereta dengan mendorongnya, juga ingin menyalakan api dengan meniupnya.

Hei, aku memang manusia yang selalu mengharap keajaiban. Ingin aku membuat sejarah, tanpa aku melakukan apapun. Ingin aku mendapatkan banyak uang, tanpa aku bersusah payah mencarinya. Ingin aku membangun sebuah istana, tanpa ingin aku berpeluh sedikitpun. Kata instant serasa sudah terpatri dalam otakku, tak bisa dirubah sedikitpun. Dan semua kini telah terwujud, semua yang aku harapkan, semua hadir dalam dunia mimpiku, sesaat sebelum aku terbangun pada akhirnya. Dan kini, seperti yang kalian tahu, kenyataan apa yang telah ku hadapi. Aku telah benar-benar tak mengerti akan isi dari tulisan ini, mungkin juga dengan kalian. Memang benar kata orang, Dunia ini sangat membingungkan.

Kamis, 10 April 2014

 Malam Pergantian Waktu

Aku duduk di teras rumahku malam ini, hal yang biasa aku lakukan setelah makan malam usai, biasanya aku duduk sendiri ditemani secangkir teh hangat dan beberapa roti sumbu kesukaanku. Aku terkadang juga memainkan gitar dan mendendangkan sebuah lagu kenangan jaman dulu, sembari sesekali melamun, mengingat apa saja yang telah aku kerjakan pada hari itu.

Malam ini cuaca sangat bersahabat, sejuk, tidak panas, tidak pula dingin. Bulan juga sedang berada pada tahtanya, dibawah gemerlap bintang-bintang yang seolah berlomba menghiasi gelap sang malam. Pun waktu terasa cepatnya berlalu, melewati detik, menit, hari, bulan dan tahun. Tak pernah ku tahu berapa banyak hal kebaikan dan keburukan yang lakukan, berapa bentuk rintangan yang aku lalui, walaupun terkadang dengan sedikit kecurangan untuk melaluinya.

Begitulah manusia, terkadang ingin mencari jalan pintas, walaupun itu bukan jalan yang seharusnya. Manusia yang tak pernah puas dan selalu ingin lebih dan lebih, salalu ingin dipandang tinggi oleh orang lain, tanpa ia mengingat, siapa yang paling dan ter-paling di semesta raya ini. Manusia yang selalu memandang remeh dosa-dosa kecil, tanpa peduli berapa banyak dosa-dosa kecil yang telah dikumpulkannya.

Inilah aku kawan, manusia hina perindu wangi syurga, selalu mengikuti perintah-Nya walau dengan terpaksa, sering berbuat nista, tak jarang pun berbuat dusta. Entah jadi apa aku di kala tua, di kala jaman sudah berbeda, mungkin hanya sesal semata yang tersisa. Tiada hal yang bisa kuucap malam ini. Ingin menangis pun aku merasa malu. Apakah esok dan seterusnya aku akan tetap menjadi orang yang sama? Aku sendiri pun tak yakin untuk menjawabnya.

Aku masih disini, di depan teras rumahku, menikmati malam yang semakin sepi, sambil menunggu malam pergantian waktu, untuk segera membuka lembaran tahun yang baru, yang putih, yang belum pernah ada setitik nodapun. Berharap akan ku isi dengan goresan indah, yang jauh lebih indah dari tahun-tahun yang tlah lalu kujalani.

Selasa, 08 April 2014

Aku, Kau dan Jogja

Aku adalah aku, dan Kau adalah masa laluku, terbungkus cantik membentuk sebuah ingatan keciil, yang masih tersimpan di memory otakku, dimana Jogja ada diantara Kau dan Aku.

Aku adalah aku, masih sama seperti yang dulu, dan Kau adalah kenangan tentang sahabat, cinta dan cita-cita, dimana Jogja adalah titik temu antara Kau dan Aku.

Aku adalah aku, Aku yang tidak pernah menjadi aku jika Kau dan Jogja tidak pernah ada dalam diriku, dan Kau yang menjadikanku menjadi Aku yang sekarang, dimana Jogja sebagai saksi semuanya, saksi antara Kau dan Aku yang menjadikannya satu.

 Aku adalah aku yang dulu, sedang Kau adalah rencanaku, awal dari semuanya, dimana Jogja yang menjadi tujuanku, tempat dimana Aku berlabuh.

Aku adalah aku, masih tentang aku yang dulu, sedangkan Kau yang menjadi harapanku, harapan atas semua mimpi-mimpiku, dan Jogja memanglah mimpiku, awal dari semua rencana hidupku.