Bagaimana jika begini, kau menjadi teman berceritaku, dan aku menjadi tempat keluh kesahmu. Seperti halnya ketika kau menyandarkan kepala di bahuku. Kau mendapat sedikit kenyamanan dalam lelap, sedang aku sedikit memperoleh ketenangan tatkala menghirup wangi rambutmu dalam hitungan jarak milimeter. Impas bukan?
Tapi itu hanya sebuah tawaran saja. Aku tak pernah benar-benar memaksamu. Karena kenyamanan tak pernah butuh suatu paksaan. Karena sebuah paksaan tak akan pernah menumbuhkan kenyamanan.
Tak perlu berpikir terlalu dalam tentang ini, karena aku tahu, kau pasti akan mengeluh tentang kapasitas otakmu. Sebab ini tidak ada kaitannya dengan kapasitas otak, akan tetapi lebih melibatkan hati dan perasaan.
Yaaa... Tak perlu berpikir terlalu rumit. Cukup pejamkan saja matamu. Lalu dengarkan setiap apa yang akan kuucap. Rasakan embusan napas yang kian dekat di telingamu. Hingga kau bisa bayangkan, seolah aku sedang berada di sisi kanan atau kirimu. Hanya dengan cara seperti itu, meski aku jauh, aku akan mencoba mendekat lewat apa yang kau bayangkan.
Aku terima tawaran mu..
BalasHapus