Rabu, 28 Juli 2021

Hanya Sebuah Penawaran

Bagaimana jika begini, kau menjadi teman berceritaku, dan aku menjadi tempat keluh kesahmu. Seperti halnya ketika kau menyandarkan kepala di bahuku. Kau mendapat sedikit kenyamanan dalam lelap, sedang aku sedikit memperoleh ketenangan tatkala menghirup wangi rambutmu dalam hitungan jarak milimeter. Impas bukan?

 

Tapi itu hanya sebuah tawaran saja. Aku tak pernah benar-benar memaksamu. Karena kenyamanan tak pernah butuh suatu paksaan. Karena sebuah paksaan tak akan pernah menumbuhkan kenyamanan. 

Tak perlu berpikir terlalu dalam tentang ini, karena aku tahu, kau pasti akan mengeluh tentang kapasitas otakmu. Sebab ini tidak ada kaitannya dengan kapasitas otak, akan tetapi lebih melibatkan hati dan perasaan. 


Yaaa... Tak perlu berpikir terlalu rumit. Cukup pejamkan saja matamu. Lalu dengarkan setiap apa yang akan kuucap. Rasakan embusan napas yang kian dekat di telingamu. Hingga kau bisa bayangkan, seolah aku sedang berada di sisi kanan atau kirimu. Hanya dengan cara seperti itu, meski aku jauh, aku akan mencoba mendekat lewat apa yang kau bayangkan. 

Rabu, 21 Juli 2021

Penyembuh atau Perusuh?

 "Aku mencintaimu ..."

Dua kata itulah yang akhir-akhir ini kerap tertangkap oleh gendang telingaku. Yang lalu getaran suaranya dikirimkan ke bagian cochlea untuk kemudian diteruskan ke dalam otak melalui syaraf pendengaran. Dari sanalah aku mencoba untuk mencerna kata-kata itu. Hingga tanpa sadar, melibatkan hati dan kedua pengelihatanku untuk memahaminya. 

Aku berusaha mencari sebuah ketulusan lewat mimik wajahmu yang kini sedang tersenyum, menggenggam erat jemariku, seolah takut akan kehilangan sosok dihadapanmu ini. 

Padahal, tiada kuhitung berapa kali sudah sebuah penolakan yang terlontar dari mulutku, tentang jawaban pernyataan perasaanmu itu. 

Kau pun juga tahu persis, bagaimana ketidaksiapanku menerima seseorang yang bahkan belum lama ini kukenali. 

Bagaimana aku bisa yakin pada orang baru, jika orang yang dulu pernah lama kuyakini begitu keji menghianati. 


Aku masih saja bergeming memandangmu. Bibirku kelu. Semua terasa sunyi beberapa detik. Sebab kebimbangan masih enggan pergi dari hati. Kau, kini menjadi sebuah pertanyaan besar di kepalaku. 

Apakah kehadirmu itu sebagai penyembuh luka-lukaku? Atau kah hanya sebagai perusuh yang membuat luka-lukaku kambuh. 

Dan aku; Masih belum siap menerima kenyataan yang terakhir itu.