Sabtu, 22 Agustus 2020

Hari Lahir

Seperempat abad yang lalu, seorang anak tampan terlahir dari rahim wanita muda. Tanpa dosa, tanpa rasa canggung, si anak menangis lantang, menciptakan kebahagiaan bagi si ayah dan beberapa keluarga yang tengah menunggu kelahiran si buah hati. 

Dengan kasih sayang dan kesabaran, si wanita muda mulai menggendong buah hatinya, sembari melupakan rasa sakit yang sedang dideranya. Wanita tadi bergegas menyusui si anak, memeluk dengan penuh kelembutan hingga tangisnya perlahan mereda. 

Saat itulah, hari di mana lahirnya sebuah cinta tak berbatas. Sebuah cinta tulus seorang wanita yang tiada mengharap balas dari sang anak. Walau kelak si anak menjadi seorang pendosa, walau kelak si anak akan kerap menyakitinya. Ia akan rela dengan segenap raga mendoa, untuk segala kebaikan anak tercintanya. 

Yaa... Wanita itu adalah ibu. Seorang wanita yang rela berkorban berpeluh darah demi anak tercintanya. Sedang anak tampan tadi adalah aku. Seorang anak yang kerap tega melukai hati ibunya sendiri, demi keinginannya yang tak abadi. 


Sabtu, 15 Agustus 2020

Antipati

Usah kau tanya lagi keadaanku. 

Sebab kepergianmu, membumihanguskan seluruh mimpiku. 

Pun tak perlu kau berbelas kasih padaku. 

Kelak tanpamu, cita-cita baru telah menunggu. 


Dulu kupikir kau adalah bumi untukku. 

Yang senantiasa menopang dan memberi kenyamanan bagiku. 

Menjadi tempat bersandar guna mengistirahatkan segala lelah. 

Memelukku hingga raga ini punah. 


Namun nyatanya kau hanya sebatas angin. 

Yang memberi hawa sejuk sementara bagi segala dahaga. 

Memberi kesan nyaman walau hanya sekejap mata. 

Hadir sebagai semu belaka. 


Dan pada akhirnya, kekhawatiranmu sekadar perhatian yang sia-sia. 

Karena kesedihanmu adalah kemunafikan bagiku. 

Sedang antipatiku menjadi sebuah kenyataan untukmu. 


Minggu, 09 Agustus 2020

Jeda yang Beda

Awalnya aku mencoba mengalah dan memaklumi. Ketika engkau memintaku untuk sejenak memberi jeda pada kebersamaan ini. Engkau memohon padaku agar memberi ruang lebih padamu, hingga kau bisa melakukan segala hal yang tak bisa kau lakukan ketika masih bersamaku.

Walau pada akhirnya kau selalu kembali untukku, terkadang aku tak kuasa menahan sepi yang kerap menerpa diri. Seolah naluri kehilangan selalu hadir, menjelma mimpi buruk di tiap malamku.  Dengan berat hati aku melalui semua ini, hingga kau kembali menghubungi via pesan pendek seperti sedia kala.

Tapi sepertinya jeda kali ini berbeda. Sudah sekian minggu aku tak mendengar kabar darimu, lewat pesan-pesan singkatmu yang tiada kunjung masuk di gawaiku.  Bayang-bayang buruk tentangmu, perlahan menjelma menjadi nyata. Bersamaan dengan akun sosial mediamu yang kini tak lagi bisa kutemukan.

Selasa, 04 Agustus 2020

Initial N

Takdir. Siapa yang bisa menebaknya? mungkin cuma Dukun, dan itupun pasti dengan bantuan Setan; musyrik.

Manusia diciptakan di dunia memang untuk menjalani takdirnya. Mengikuti garis perjalanannya dengan sungguh-sungguh. Tak perlu menebak-nebak tentang apa yang akan kita terima kelak. Cukup berusaha dan berdoa, karena memang kita diperintahkan Tuhan untuk itu.

Seperti halnya apa yang terjadi pada kawanku ini. Dia tidak pernah meminta jika kehidupan di masa kecil hingga dewasanya akan nomadik. Dari mulai pendidikan dasar hingga menengah atas, dia berpindah sekolah empat kali di empat provinsi yang berbeda. Dia hanya berusaha pasrah dan menjalaninya dengan sungguh-sungguh.

Seperti keinginan kedua orang tuanya. Akhirnya, dia tumbuh menjadi orang yang tangguh, dengan berjuta pengalaman kehidupannya di bermacam tempat berbeda. Harapanku, kita bisa saling bertukar pengalaman karena dirinya pasti lebih banyak cerita menarik di balik drama kehidupan nomadiknya kala itu. Walau mungkin, jika aku tanya bagaimana pengalaman waktu kecilnya, dia akan bilang “LUPA!”, ya … menyebalkan memang. Semoga dia benar-benar pelupa, bukan orang yang berusaha melupa.

Seperti halnya perempuan pada umumnya. Di balik ketangguhan dalam dirinya, dia mempunyai satu sisi lemah lain. Menangis jika tersakiti, sedih jika dikecewakan, kesal jika ada hal yang tidak berjalan dengan semestinya. Seperti dua tahun lalu, ketika dirinya sakit hati ditinggalkan seseorang yang menurutnya tak akan pernah meninggalkannya. Lalu serta-merta menyalahkan takdir yang seolah dengan tiba-tiba merenggut kebahagiaannya.   

Begitu juga merasa kecewa saat tempohari atasannya memberi tambahan beban pekerjaan yang seharusnya orang lain lah yang mengerjakannya. Atau seperti semalam, yang tiba-tiba kesal karena laptopnya tiba-tiba mati. Padahal ada file penting di dalamnya dan harus dikumpulkan malam itu juga, alhasil itu membuatnya mengetik ulang tugas yang sudah dikerjakan seharian.

Tapi bukan dia, jika mudah tumbang karena hal-hal kecil seperti itu. Karena dia tau, seberat apa pun masalahnya, dirinya masih memiliki sahabat yang selalu ada untuk tempatnya bersandar. Membiarkannya menangis, kemudian mengajaknya untuk memulai kembali dan menyemangati. Pun dia kini sadar, jika apa yang disukainya, belum tentu Tuhan menyukai pula. Meski terkesan berat, Tuhan percaya jika dia akan mampu melalui tiap-tiap langkah perjalanannya.

Pada akhirnya di situlah letak unik dari sebuah perjalanan hidup. Semua yang datang dan pergi pasti memberikan pelajaran dalam hidup kita. Walau takdir sudah ditentukan, namun kita tidak boleh hanya berpangku tangan. Dengan berdoa dan berusaha menjalani takdir itu semaksimal mungkin, siapa tahu dengan seizin Tuhan, takdir kita dapat berubah menjadi lebih baik lagi.

 

 


Senin, 27 Juli 2020

Maafkan Aku

Sebuah senyuman yang awalnya bisa meredakan dahaga di keringnya kisah cintaku, tak kukira kini menimbulkan pedih luka mendalam di relung hati.
Kau yang awalnya kukenal dengan kesan manis, tak kusangka tega membuat jiwaku menangis.
Kau yang dulu terlihat senang kudekati. Sekarang rasanya tak ingin lagi kudekati.

Semua ini perihal dia, yang ternyata telah resmi memilikimu. Aku jadi merasa terbohongi atas pertanda-pertanda yang kau beri ketika sempat kudekati dulu. Apakah lakumu selalu begitu pada setiap lelaki? Atau kau hanya ingin membuatku terbang sementara kau menyiapkan busur panah untuk bisa membuatku jatuh kapan pun?

Tapi waktu tak akan pernah bisa terulang. Salahku yang tak menanyakan statusmu terlebih dulu. Dan salahmu, telah mengizinkanku masuk menjelajahi hatimu. Lalu ... teruntuk semua keinginan dan jawaban dari doaku kelak, aku pasrahkan sudah pada semesta yang merajai.

Maafkan, jika aku tak bisa melakukan lebih dari sekadar berharap. Karena aku hanya lelaki pecundang, yang terlanjur menyukai seseorang yang kurasa tak mungkin akan membagi hatinya pada dua pria.

Kamis, 23 Juli 2020

Untuk Apa Bertahan?

Aku bukanlah seorang tokoh utama dalam alur cerita hidupmu, melainkan kamu sendirilah orangnya.

Pun aku bukanlah seorang tokoh pendukung yang senantiasa mendampingi sang tokoh utama dalam cerita itu.

Tugasku, hanya sebagai pemeran pengganti yang dibutuhkan jika pendukung si tokoh utama sedang tak ada.

Sudah terbiasa memang, untuk selalu merasa dicadangkan. Tak pernah dibutuhkan perannya, terkecuali jika si tokoh utama sedang berkonflik dengan si tokoh pendukung.

Bohong sekali jika kamu tidak paham tentang keinginanku untuk menjadi tokoh pendukung bagimu.

Dan tidak mungkin juga jika kamu tak tahu tentang kebosananku yang selalu hadir sebagai pemeran pengganti untuknya.

Ya ... Aku juga ingin di posisinya. Sebagai seorang pendamping dan pelindung untukmu.
Bukan hanya sebagai cadangan yang tak punya peran berarti bagimu.

Tetapi nyatanya, kamu selalu saja mempertahankan dia. Meski berulangkali konflik di antara kalian terjadi.

Atau mungkin kau berpikir jika aku menikmati peran ini? Ahh ... sepertinya kamu salah menunjukku sebagai pemeran pengganti untuknya.

Maaf jika suatu saat nanti aku terpaksa pergi untuk mencari posisi pendamping bagi tokoh utama lain. Karena, untuk apa aku bertahan jika selalu dicadangkan? Percuma saja bukan?

Senin, 20 Juli 2020

Nadir

Tak kupungkiri,
Kau sempat mempunyai tempat di sudut ruang hatiku
Meramaikan dalamnya yang pernah hampa
Mengisi memori indah yang penuh makna

Tempat itu sangat istimewa
Ada sosokmu yang penuh afeksi
Seseorang yang kupikir tak pernah ada
Yang mampu membuatku menjadi seperti diriku sendiri

Namun sekarang ruang itu serupa tepi langit sore 
Yang sisakan kenangan tercantik hari itu 
Sosok idaman itu telah pergi
Meninggalkan jutaan ingatan indah 
Kenangan kebersamaan dua belas bulan berakhir sudah 

Rabu, 15 Juli 2020

Ingin Meski Tak Bisa

"Aku ingin pulang"
Harapan itu yang selalu kuucap berulang
Aku tak ingin lagi hilang diterpa berbagai penghalang
Hanya namamu yang aku genggam di tengah padang ilalang

Apalagi alasanku pergi, bila bukan kau yang aku cari?
Pantang buatku untuk berjanji, lalu berujung mengingkari

Ini bukan hanya perkara rindu
Yang menjadi inspirasi puisi-puisi sendu
Sebab ini tentang nasib yang tengah diadu
Walau bagimu, mimpiku hanya sebatas residu
Percayalah ... aku masih kuat berjuang hingga raga kita resmi berpadu

Minggu, 12 Juli 2020

Semestaku

Teruntuk kamu, semestaku
Yang pernah hadirkan bahagia dalam hidup
Aku berjanji ...
Semua kenang tentang kita, akan kusimpan dalam memori terdalam

Terimakasih ...
Untuk cinta yang pernah kau bagi
Untuk kasih yang kerap kau beri
Walau harap bersamamu belum penuh pergi, 
Aku berjanji ...
Akan mengikhlaskan tanpa harus melupakan tentang kenangmu

Aku memang bukan lelaki sempurna
Namun denganmu (dulu), aku benar-benar bisa merasa sempurna 
Menjadi teman berbagimu, menjadi tempat bersandarmu, dan menjadi teladan segala tingkahmu
Adalah hal yang selalu aku rindukan

Meski kini hanya bisa mengenang, itu sudah lebih dari cukup untuk sekedar senang
Bahagia bersamamu memang menjadi impianku
Namun melihatmu bahagia adalah akhir dari keinginanku
Walau Kenyataan itu pahit, namun kepahitan itu tak harus dimuntahkan 
Karena aku tahu, masih ada kamu di dalamnya

Selasa, 07 Juli 2020

Aku Ingin Bahagia

Aku ingin bahagia sepertimu
Tertawa lepas tanpa beban
Meski bukan denganmu

Aku ingin bahagia seperti dia
Menjadi pemenang atasmu
Pun selalu membanggakanmu di depan yang lain

Sungguh ...
Aku iri melihat kalian
Mengabadikan cinta bersama di atas singgasana

Entah bagaimana caranya,
aku ingin bahagia
Meski hanya berpura-pura,
aku tetap ingin bahagia

Karna aku yakin
Akan selalu ada bahagia setelahmu
Meski itu bukan denganmu

Senin, 06 Juli 2020

Rencana Akan Tetap Menjadi Rencana

Pupus, adalah kata yang tepat untuk mendefinisikan tentang harapan yang telah kurencanakan pelan-pelan. 

Semua benar-benar pupus. Tatkala aku tahu bahwa dia yang menjadi bagian rencana-rencanaku, memutuskan pergi menjauh dari hatiku yang rentan rapuh.

Belum sembuh dari luka yang lama, namun lagi-lagi aku harus berusaha menyusun ulang rencana-rencana masa depanku dengan lapang. Kini, semua itu kembali menjadi setengah matang.

Bisa jadi akan butuh waktu bertahun-tahun untuk mewujudkan harapan yang dari tahun ke tahun menjadi langganan doa awal tahunku. Lagi-lagi itu tentang temu yang berujung pisah, sebelum ikrar  terucap dengan benar. 

Rabu, 01 Juli 2020

Tersingkir

Aku tersingkir ...
Kini ... ruang di kepalamu telah penuh terisi oleh namanya. Dan aku, perlahan akan dilupakan olehmu.

Aku tidak habis pikir, sebenarnya ... dia yang terlalu pandai menghasutmu, atau kau yang terlalu mudah teperdaya pesonanya?

Aku tersungkur ...
Kembali menjadi seorang pecundang, yang pasrah tanpa berusaha berjuang, untuk kembali menjadi pemenang.

Kini aku benar-benar tersingkir.
Dia yang berhasil merasuki hati dan pikiranmu, telah merusak segala rencana-rencanaku mendekatimu.

Pada akhirnya, Kau dan aku hanya menjadi sebuah kisah yang telah punah.
Dalam kisah itu, kuperkenalkan arti kesetiaan padamu, dan kau, memperkenalkan arti kekecawaan padaku.

Minggu, 28 Juni 2020

Semesta Yang Tak Semestinya

Kabarnya kamu telah bahagia bersama yang lain. Aku senang mendengarnya. Walau sebenarnya, aku tak ingin mendengar betul kabar itu. Terlalu sakit diri ini. Membayangkannya pun aku tak sanggup. Mungkin aku yang masih belum rela. Jika perasaan yang pernah aku dapatkan darimu, dimiliki pula oleh orang selain aku.

Kata "selamat" aku ucapkan. Walau dengan berat hati kukatakan. Karena bisa jadi aku tak pernah sudi mengatakan itu. Musabab mimpi-mimpiku denganmu yang terpaksa kukubur dalam-dalam. Pun sakit hatiku yang tak dapat kupendam diam-diam. Sesenyap kepergianmu yang tiba-tiba lenyap.

Kini tanpamu, aku akan berusaha bahagia. Karena aku tak ingin merasa kehilangan sendirian. Segala cara akan aku lakukan, untuk dapat melupakan kesedihan. Tak ada guna mengutuk takdir sekarang. Yang terpenting adalah menerima kenyataan. Tentang Tuhan yang tak merestui kita, atau semesta yang tak bekerja sebagaimana mestinya.

Rabu, 24 Juni 2020

Mobil Terakhir

Aku kembali menunggumu di hari terakhirku, di dalam mobil terakhir malam ini. Kabarnya, kau tak ikut pulang, musabab pekerjaan yang tak mungkin kau tinggalkan.

Nampaknya tak banyak penumpang yang akan ikut naik mobil terakhir malam ini. Hingga adzan isya berkumandang pun, belum ada separuh dari keseluruhan tempat duduk yang terisi.

Apa mereka sama denganmu?
Tak ikut pulang karena ada urusan tertentu ...
Atau mungkin mereka pulang mendahuluiku, dengan menaiki mobil sebelum mobil terakhir ini ...

Kuharap penumpang segera berdatangan, agar mobil terakhir ini bisa segera diberangkatkan menuju kepulangan.
Pun rinduku pada kampung halaman, dapat segera tersampaikan.

Mobil terakhirku. Izinkan aku memejam mata padamu malam ini. Kuharap, ketika mata terbuka, kota tujuanku sudah terlihat dekat di depan sana.

Semoga ... segera ...

Minggu, 21 Juni 2020

Segera Usaikan

Apalagi yang kita cari?
Tak ada lagi bukan?
Coba lihat apa yang kita dapat! Hanya kelelahan dan kelelahan. Mengecewakan dan dikecewakan.

Lalu apa yang tersisa?
Hanya sebuah memori kesenangan-kesenangan semu di dalam sel-sel ingatan, bukan?

Mungkin benar ...
Hati memang perlu diistirahatkan.
Tubuh juga butuh direbahkan.
Namun, kenangan akan selalu hadir dalam pelukan.

Tidurlah ...!
Masih ada esok yang perlu kau kejar.
Selamat bermimpi. Jangan pikirkan aku yang kini masih ditemani masa lalu.

Sebuah cerita harus ada akhirnya.

Aku, Kamu, dan Rindu

Tiga setengah tahun, sepertinya bukan waktu yang singkat untuk kamu dan aku berpisah.
Izinkan aku mencoba menyapa sekali lagi. 
Untuk kamu yang sudah bisa move-on (dariku), selamat ya! dan untuk kamu yang masih susah menghilangkan bayang-bayang dari dalam benak pikiran, bersabarlah ... semoga sebuah distraksi segera hadir dalam kehidupanmu, mengalihkan apa yang seharusnya tidak kau pikirkan.

Maka, izinkan sekali lagi aku kembali hadir di tengah-tengah dunia imajiner ini. Bertemu kalian yang amat aku rindukan, meskipun tidak berbalas kalian rindukan. 

Semoga kalian berkenan. 

Terima kasih dan Maaf.