Aku Menyerah
Aku menyerah dinda, aku menyerah mengejarmu,
Kau begitu cepat berlari di depanku,
Sejengkal jarak yang seharusnya bisa kukejar untuk meraihmu, kini semakin melebar jauh,
Itu karena kau yang semakin melesat, dan aku yang semakin lambat.
Ibarat kau berlari dengan sepatu roda, aku berlari dengan kaki telanjng di atas jalan penuh duri,
Duri-duri yang memang sengaja engkau sebar, hanya untuk membuat jarak dgn ku.
Aku menyerah dinda, aku menyerah mengejarmu
Karena sekarang aku paham, akan ke arah mana engkau berlari menuju.
Cahaya cerah di depan menunggumu, dengan segala harapan yang menggiurkan untukmu.
Tak ada alasan lagi untuk hanya sekedar menoleh kebelakang, yang gelap, pengap, dan penuh ratap, yang tidak ada seberkas sinar cerahpun, terkecuali hanya sebatang lilin usang dengan remang api yang menari-nari diujungnya.
Aku mnyerah dinda, aku menyerah mengejarmu
Karena tak ada alasan lagi untukku menghalangimu
Mencari cahaya yang lebih terang dariku agar kaupun dapat menjadi bayangan yang lebih sempurna.
Aku menyerah dinda, dan kini aku akan berhenti mengejarmu, cukup sampai disini aku di belakangmu, dengan darah kaki yang penuh duri, akan coba ku putar arah langkahku untuk mengobati lukaku sndiri..
Rabu, 30 Desember 2015
Minggu, 08 November 2015
Aku dan Lelehan Cadburry
Jika menunggu adalah hal menyakitkan,
Bagiku menunggumu adalah hal yang mengasikkan,Jika menanti adalah hal yang membosankan,
Untukku menantimu adalah hal yang senang kulakukan,
Tak ada hal yang paling istimewa selain menunggumu,
Menunggumu menyiapkan senyuman untukku,
Menunggumu bermake up cantik untukku,
Juga menunggu pelukkan hangat yang mungkin akan kau hadirkan untukku.
Aku suka menunggu karena itu memang diriku,
Diriku yang kuat terhadap cobaan waktu,
Diriku yang bisa bertahan siksaan menunggumu,
Aku suka menunggu bukan karena aku tak ingin cepat menemuimu,
Tidak lebih itu karena aku menghargaimu yang tak ingin diburu-buru olehku,
Kadang aku berlagak sok kuat agar kau bebas dengan duniamu,
Bebas dengan segala aktifitas dan rutinitas yang aku tak pernah tahu.
Mungkin kau merasa aku tak penting untukmu,
Layaknya sebuah coklat cadbury yang baru kubeli,
Dia dapat bertahan hingga batas masa berlakunya,
Begitupun jika kita coba melihat dari wujud luarnya mungkin
Semua akan tampak sempurna,
Namun kau tak akan pernah tahu bagaimana wujud aslinya,
Tanpa kau pernah menyentuh bagian dalamnya,
Dia akan sekeras batu es jika dalam penantian masanya ia berada di lemari pendingin,
Namun dia juga dapat meleleh seperti lilin, jika dihabiskan masanya dalam suhu yang amat panas,
Jika aku diibaratkan coklat cadbury, maka di hadapanmu pun aku masih bisa tersenyum,
Namun kau tak pernah tau jika terlalu lama menunggu, hatikupun mungkin bisa menjadi beku sekeras es atau meleleh seperti lilin,
Untuk cadbury, kau lebih suka memakannya langsung setelah membeli? atau kau akan menyimpannya dalam freezer terlebih dahulu? Atau mungkin kau akan membiarkannya meleleh lalu baru kau makan?
Dan untukku sendiri, kau lebih suka menemuiku langsung tanpa membuatku menunggu? Atau kau akan membuatku menunggu dahulu, baru kau akan sudi menemuiku?
Jika kau ingin aku menunggumu, lalu sampai kapan?
Apakah sampai nanti aku sadar, jika kau memang sengaja melakukannya untukku? Karena kau menyiksaku untuk menunggumu.
Sabtu, 24 Oktober 2015
Senyum Rindu
Hari ini, kesekian kalinya aku lewat di depan tempatmu..
Namun entah mengapa kali ini berbeda, teramat sangat..
Mungkin kamu lah yang membuatnya menjadi beda
Beda, karena ketiadaanmu dari tempat itu
Entah sengaja ataupun tidak
Kau telah membiarkan tempat itu dihuni oleh orang selain kamu,
Sebenarnya, bukan pesonamu yang aku cari
Pun tak pula ku mencari perhatian darimu
Namun senyumanmulah yang selalu membuat rindu
Senyumanmu yang membuatku ingin selalu menatapmu
Senyumanmu yang membuatku ingin kau terus berada disitu
Senyuman yang telah menjadi candu untuk diriku
Dan senyuman yang selalu membuatku untuk mencari suatu alasan agar aku dapat lewat dihadapanmu
Walau hanya sekejap, bertukar senyum lalu berlalu pergi
Setidaknya itulah hal sederhana yang selalu aku rindu,
Walau dulu pun senyum itu terasa biasa
Namun karena kebiasaan itulah yang membuatku tidak biasa tanpamu
Semenjak kau pergi, senyumku terkunci
Semenjak kau pergi, aku menjadi lupa cara untuk tersenyum
Sungguh tiada gairah lagi untuk melewati tempat itu
Tempat yang kini hampa, sepi, tanpa senyuman itu
Sedang jika aku melewati, hanya bayang dan angan yang tercipta di sela ingatanku,
Akankah aku akan melihat senyum itu lagi?
Bisakah aku melawan kerinduanku sendiri?
Haruskah aku hapus bekas yang kau tinggal pergi?
Ahh.. Tak tahulah nanti, bagaimana aku akan mencari
Sedang perkenalanpun, tiada pernah ku jalani.
Kamis, 17 September 2015
Pelangi
Maha karya indah penuh warna
Terciptakan dari seberkas cahaya,
Lalu terbiaskan oleh buliran hujan,
Hingga sejuta warna bersatu terjabarkan
Sungguh indah, oleh perpaduan warna sempurna
Karena tak satupun dari mereka yang terpisah belah
Karena tak ada keegoisan diantara mereka,
Karena mereka tercipta bukan untuk berlomba
Menjadi yang paling indah, menjadi yang tersempurna
Karena mereka sadar, mereka tercipta untuk menyatu
Menjadi sebuah legenda abadi yang selalu ditunggu
Membuang jauh individualisnya,
Demi sebuah kesan mendalam diusai hujan
Bagaimanakah dengan kita, manusia
Akankah kita bisa seperti mereka?
Maha karya indah penuh warna
Terciptakan dari seberkas cahaya,
Lalu terbiaskan oleh buliran hujan,
Hingga sejuta warna bersatu terjabarkan
Sungguh indah, oleh perpaduan warna sempurna
Karena tak satupun dari mereka yang terpisah belah
Karena tak ada keegoisan diantara mereka,
Karena mereka tercipta bukan untuk berlomba
Menjadi yang paling indah, menjadi yang tersempurna
Karena mereka sadar, mereka tercipta untuk menyatu
Menjadi sebuah legenda abadi yang selalu ditunggu
Membuang jauh individualisnya,
Demi sebuah kesan mendalam diusai hujan
Bagaimanakah dengan kita, manusia
Akankah kita bisa seperti mereka?
Jumat, 04 September 2015
Keresahan pada Masa Depan
Malam semakin larut
Seiring dengan mata ini yang enggan untuk terpejam
Bimbang... Takut... Sedih...
Semua rasa yang tergambar jelas,
dalam sebuah angan yg ku bayangkan~ saat ini..
Mau tapi tak ingin,
Tak ingin, tapi harus...
Tak ada pilihan lagi
Satu tahun sudah kini,
Lama pun tak terasa dijalani
Dari masa bertemu hingga berpisah,
Dengan berbagai proses kebersamaan didalamnya
Denganmu, dengan dia, dan dengan kalian...
Tak terbayang jika kebersamaan itu berakhir
Kalianlah teman, kalianlah sahabat dan juga keluarga
Walau waktu pertemuan kita singkat,
semoga hati kita tetaplah dekat
Kelak ingatlah, kita pernah berada dijalan yg sama
Walau mungkin nanti kita akan berada dijalur yang berbeda
Sungguh, bukan hanya kalian yang aku pikirkan...
Bagaimana dengan ku sndiri?
Jalanku? Takdirku dan nasibku?
Bagaimana nanti? Baikkah? Burukkah?
Tak ada habisnya "BINGUNG" berputar-putar di kepalaku.
Memanglah tak ada yang tau soal waktu, namun aku selalu berusa mengukir takdir terbaikku kelak,
Harapanku pun semoga begitulah dengan kalian,
Bersama menjalani takdir di garis kehidupan kita masing-masing
Semoga kita, mendapatkan sahabat dan keluarga baru kelak, tanpa melupakan kekeluargaan kita yang sekarang.
Malam semakin larut
Seiring dengan mata ini yang enggan untuk terpejam
Bimbang... Takut... Sedih...
Semua rasa yang tergambar jelas,
dalam sebuah angan yg ku bayangkan~ saat ini..
Mau tapi tak ingin,
Tak ingin, tapi harus...
Tak ada pilihan lagi
Satu tahun sudah kini,
Lama pun tak terasa dijalani
Dari masa bertemu hingga berpisah,
Dengan berbagai proses kebersamaan didalamnya
Denganmu, dengan dia, dan dengan kalian...
Tak terbayang jika kebersamaan itu berakhir
Kalianlah teman, kalianlah sahabat dan juga keluarga
Walau waktu pertemuan kita singkat,
semoga hati kita tetaplah dekat
Kelak ingatlah, kita pernah berada dijalan yg sama
Walau mungkin nanti kita akan berada dijalur yang berbeda
Sungguh, bukan hanya kalian yang aku pikirkan...
Bagaimana dengan ku sndiri?
Jalanku? Takdirku dan nasibku?
Bagaimana nanti? Baikkah? Burukkah?
Tak ada habisnya "BINGUNG" berputar-putar di kepalaku.
Memanglah tak ada yang tau soal waktu, namun aku selalu berusa mengukir takdir terbaikku kelak,
Harapanku pun semoga begitulah dengan kalian,
Bersama menjalani takdir di garis kehidupan kita masing-masing
Semoga kita, mendapatkan sahabat dan keluarga baru kelak, tanpa melupakan kekeluargaan kita yang sekarang.
Kamis, 03 September 2015
Puisi dari Wanita Putus Asa
Lelah, hanya lelah yang kurasa
pikiranpun entah kemana
tak terlihat jalan terang disana
apakah ini yg dinamakan putus asa?
sedih, senang, kecewa senang beradu dipikiranku
apakah ini yg sedang direncanakan Tuhan untukku?
akupun tak tau
Entah baik atau pun kurang baik,
Kupasrahkan semua yang nanti akan menjadi suratanku
Lelah, hanya lelah yang kurasa
pikiranpun entah kemana
tak terlihat jalan terang disana
apakah ini yg dinamakan putus asa?
sedih, senang, kecewa senang beradu dipikiranku
apakah ini yg sedang direncanakan Tuhan untukku?
akupun tak tau
Entah baik atau pun kurang baik,
Kupasrahkan semua yang nanti akan menjadi suratanku
Minggu, 23 Agustus 2015
Kita dan Warna
Dalam hidup, kau akan dipertemukan kepada warna
Dimana warna adalah sebuah pilihan,
Kau sendirilah yang menentukan
Warna adalah bagian dari kehidupan,
Suka atau tidak, itu tergantung penilaian
Memang, warna kita pun belum tentu sama
Dimana selera menjadi penentunya
Walau warna kita tak sama
Ingatlah bahwa kita punya cinta yg sama
Cinta kepada warna, warna-warna dari pilihan kita
Warna-warna yang kita suka
Warna adalah warna,
Dimana hitam dan putih berada didalamnya
Bersyukurlah mengenal putih,
Karena dia yang mengenalkanmu kepada pelangi
Berterimakasihlah kepada hitam,
Karena didalamnya lah kau bisa melihat
Berbagai warna yg mungkin kau sukai salah satunya
Goreskanlah penamu
Tunjukkanlah warna-warna indah itu
Hingga seluruh semestapun tau,
Kau bisa menyibakkan gelapnya mendung
menjadi sebuah pelangi yg indah
Pelangi dengan berjuta macam warna
Yang diantaranya adalah warna-warna pilihan kita
Warna-warna kehidupan kita
Terserah orang bicara apa tentang warna kita
Kitalah yg memilih,
Kitalah yg menyukai,
Bukan seperti mereka yg hanya bisa mencaci
Jumat, 14 Agustus 2015
Rasa Yang Hilang...
Aku pikir, aku telah berhasil menjaganya
Membungkusnya rapi, dan kuletakkan di tempat terindah dan teraman dalam hatiku
Namun kini tiba-tiba dia HILANG...
Mungkinkah dia jatuh di suatu tempat? Kalau iya, dimana?
Atau mungkinkah dia diambil? Kalau iya, oleh siapa?
Bertahun aku menjaganya, namun kini lepas juga
Bertahun aku menyimpannya, kini hilang dengan percuma
Kalaupun harus aku mencari, aku kan mencari, tapi kemana? Kalaupun harus ku ambil, pastilah ku ambil, tapi di mana?
Haruskah aku bertanya kepada angin dan berharap dia membisikkan padaku tentang keberadaannya?
Bilakah nanti ada yang menemukan, aku harap dia sudi mengembalikan
Bila ternyata itu diambil orang, aku harap hatiku bisa mengikhlaskan
Memang yang namanya menjaga, itu lebih sulit daripada mendapatkan
Mendapatkan memang terasa mudah karena kita tidak merasa punya beban, sedangkan menjaga, kita harus dihadapkan oleh rasa takut akan kehilangan
Ohh.. Sungguh.. Aku baru tersadar,
Bahwa memang rasa tak ada lah yang abadi,
Terlebih lagi cinta yang sejati
Kecuali cinta kepada Ilahi Robbi..
Ohh.. Sungguh.. Aku baru tersadar,
Bahwa memang rasa tak ada lah yang abadi,
Terlebih lagi cinta yang sejati
Kecuali cinta kepada Ilahi Robbi..
Sabtu, 01 Agustus 2015
Seberkas Sinar dan Bayangan
Rasanya baru kemaren kamu datang menjemputku,
Dan sekarang perlahan kau mundur pergi lalu hilang,Meninggalkan bayangan yang kini ku telan sendirian,
Jiwaku terasa tidak lengkap tanpa ruh yang kini pergi,
Jiwaku terasa hilang seperti halnya sebuah bayangan,
Yang akan nampak jika tersorot oleh seberkas sinar,
Aku ibarat sebuah bayangan, samar, bahkan tak tampak,
Aku butuh seberkas sinar, yang jelas, yang terang, yang kuat,
Jika aku benar sebuah bayangan, pastilah engkaulah yang akan menjadi sinaranku,
Membuat aku menjadi sebuah bayangan yang jelas dan utuh,
Jika aku sebuah bayangan, dan engkau sinarnya, maka jiwa ini adalah kita,
Tanpa kita jiwa takkan menjadi sempurna,
Tanpa kamu, akupun juga akan tiada,
Wahai sinarku, kepergianmu bak mentari yang slalu kurindu di pagi hari,
Kehilanganmu, menenggelamkan segala gairah jiwa yang kumiliki,
Dan kini, akan ku tunggu sinarku, agar menjadikan aku yang nyata, agar menjadikan jiwa yang sempurna,
Jumat, 24 Juli 2015
Sebuah Pesan dari Andani
Hai kak, apa kabar?
Semoga kita selalu dalam lindungan Sang Maha Kuasa
Tak terasa kini telah sampai di ujung masa, masa yang akan memisahkan jiwa kita, memisahkan diantara waktu-waktu dan kesibukan kita, melepaskan semua kenangan-kenangan yang terukir saat kebersamaan hangat kita.
Kak, berjanjilah untuk selalu mengingatku walau sekejap saat, dalam sela-sela rutinitas yang tiada hentinya itu, akupun pasti senang, terlebih jika kakak sudi menanyaiku, pun hanya sekedar sapa lewat pesan singkatmu.
Aku tau walau tiadamu, hariku kini menjadi sepi, akupun tak mengekangmu untuk menjalani kehidupanmu diluar sana, aku akan mencoba berteman dengan sepi ini yang semakin lama kini semakin membuatku nyaman.
Sungguh, tak ada lagi yang mendengar keluh kesah ceritaku, sungguh, tak akan ada yang memberi ucap ketegaran padaku, hanya kakak satu-satunya pendengar terbaikku, layaknya pendengar setia radio dan akulah sebagai penyiarnya.
Kak, kitapun tak kan tahu kapan kita akan dipertemukan lagi, kapan kita akan bercanda bertukar cerita seperti dulu, habiskan hari-hari dengan cara kita sendiri, mengukir cerita indah seiring berlalunya waktu.
Akankah aku merindukanmu kak? Merindukan senyummu, merindukan suaramu, merindukan deru motor maticmu? Ahh, sungguh sebenarnya aku pun tak ingin merindu, karena aku tahu rindu itu sangatlah menyebalkan.
Semarang, 20 Februari 2009
Hai kak, apa kabar?
Semoga kita selalu dalam lindungan Sang Maha Kuasa
Tak terasa kini telah sampai di ujung masa, masa yang akan memisahkan jiwa kita, memisahkan diantara waktu-waktu dan kesibukan kita, melepaskan semua kenangan-kenangan yang terukir saat kebersamaan hangat kita.
Kak, berjanjilah untuk selalu mengingatku walau sekejap saat, dalam sela-sela rutinitas yang tiada hentinya itu, akupun pasti senang, terlebih jika kakak sudi menanyaiku, pun hanya sekedar sapa lewat pesan singkatmu.
Aku tau walau tiadamu, hariku kini menjadi sepi, akupun tak mengekangmu untuk menjalani kehidupanmu diluar sana, aku akan mencoba berteman dengan sepi ini yang semakin lama kini semakin membuatku nyaman.
Sungguh, tak ada lagi yang mendengar keluh kesah ceritaku, sungguh, tak akan ada yang memberi ucap ketegaran padaku, hanya kakak satu-satunya pendengar terbaikku, layaknya pendengar setia radio dan akulah sebagai penyiarnya.
Kak, kitapun tak kan tahu kapan kita akan dipertemukan lagi, kapan kita akan bercanda bertukar cerita seperti dulu, habiskan hari-hari dengan cara kita sendiri, mengukir cerita indah seiring berlalunya waktu.
Akankah aku merindukanmu kak? Merindukan senyummu, merindukan suaramu, merindukan deru motor maticmu? Ahh, sungguh sebenarnya aku pun tak ingin merindu, karena aku tahu rindu itu sangatlah menyebalkan.
Adikmu tersayang
Andani
Untuk Cemburu, Kita pun Tak Berhak
Aku pun sadar jika keinginanku telah kalah
Keinginan yang kalah atas naluri dan logika pikirku
Keinginan untuk memilihmu
Keinginan untuk memilikimu
Aku pun sadar jika hak ku telah pudar
Hak yang pudar oleh sebuah keegoisan
Keegoisan untuk memilihmu
Keegoisan untuk memilikimu
Aku, kamu, kini pun tak lagi sama, tak lagi sendiri
Aku dengan kehidupanku, kamu dengan kehidupanmu
Berada di dunia dan waktu yang berbeda
Berada di tempat yang tak lagi sama
Hatiku, hatimu, tak lagi menyatu, tak seperti dulu
Aku dengan pilihanku, kamu dengan pilihanmu
Entah kemana nanti langkah hati kita berhenti,
Untuk mencari tempat labuhan terbaiknya
Mungkin hanya ingatan, hal yang tersisa
Sebuah bungkusan tercantik,
Yang menyimpan hal-hal terindah kita,
Pun juga segala duka dan tangis masa lalu
Adalah nyanyian dan tulisan ini salah satunya
Di mana tawa telah menyelimuti hangat
Menghiasi saat-saat terakhir berdua
Moment-moment yang tak akan terlupa
Aku menjadi aku, dan kamu pun tetap kamu
Berdua dengan hati yang berbeda
Tak ada lagi keinginan dan hak atas hati berdua
Terlebih untuk cemburu, kita pun tak berHak
Aku pun sadar jika keinginanku telah kalah
Keinginan yang kalah atas naluri dan logika pikirku
Keinginan untuk memilihmu
Keinginan untuk memilikimu
Aku pun sadar jika hak ku telah pudar
Hak yang pudar oleh sebuah keegoisan
Keegoisan untuk memilihmu
Keegoisan untuk memilikimu
Aku, kamu, kini pun tak lagi sama, tak lagi sendiri
Aku dengan kehidupanku, kamu dengan kehidupanmu
Berada di dunia dan waktu yang berbeda
Berada di tempat yang tak lagi sama
Hatiku, hatimu, tak lagi menyatu, tak seperti dulu
Aku dengan pilihanku, kamu dengan pilihanmu
Entah kemana nanti langkah hati kita berhenti,
Untuk mencari tempat labuhan terbaiknya
Mungkin hanya ingatan, hal yang tersisa
Sebuah bungkusan tercantik,
Yang menyimpan hal-hal terindah kita,
Pun juga segala duka dan tangis masa lalu
Adalah nyanyian dan tulisan ini salah satunya
Di mana tawa telah menyelimuti hangat
Menghiasi saat-saat terakhir berdua
Moment-moment yang tak akan terlupa
Aku menjadi aku, dan kamu pun tetap kamu
Berdua dengan hati yang berbeda
Tak ada lagi keinginan dan hak atas hati berdua
Terlebih untuk cemburu, kita pun tak berHak
Selasa, 31 Maret 2015
MATLAB
Aku sendiri
Kamu sendiri
Kita berdua beda
Satu atau yang lain
Tak ada yang sama
Aku sering mendengarmu
Namun kau tak pernah tau aku
Aku mungkin sempat melihatmu
Namun kau tak pernah tau aku
Aku tak peduli itu
Entah angin apa yang membawaku
Tiba-tiba aku ingin menemuimu
Mungkin terpaksa, mungkin tidak
Aku bimbang mencarimu
Entah akan kumulai dari mana
Aku harus mencari seseorang
Yang tau dimana kamu
Yang bisa menemukanmu
Mengenalkanku padamu
Namun siapakah dia?
Hari berganti minggu
Masih tak ada tanda kehadiranmu
Aku lelah.. menyerah.. mungkin
Setidaknya setelah aku bertemu dia
Yang telah sering disampingku
Dia yang bukan kamu itu
Dia yang telah lahir sebelum kamu
Dia yang telah aku kenal
Dan dia yang telah kenal aku
Yang lama dekat denganku
Lalu, bolehkah aku menyerah mencarimu
Setelah aku mendapatkan yang aku mau
Setelah aku tau dia yang bukan kamu
Masih mungkinkah untuk kita bertemu?
Ataukah takdir tak akan mempertemukan?
Sabtu, 21 Februari 2015
Tentang November, Desember, Januari dan Februari
Aku berjalan menuju goa sempit.. bau.. gelap..
Menuju satu titik diujung yang jauh,
Menuju ketempat yang terang menyala,
Goa ini tak ubahnya seperti sebuah celah
Seperti diantara bangunan satu dan satunya lagi, yang tinggi dan panjang
Hanya satu yang ada dibenakku saat itu,
Untuk harus secepatnya melewati goa ini, goa yang tak kuingini
Desember..
Di akhir sebuah lorong, terhamparlah sebuah tebing terjal,
Nyata di hadapanku, di depan mataku,
Hanya ada jalan setapak kecil berbatu yang curam,
Yang bila tiada waspada, kita akan jatuh terjerembab,
Kulalui setapak demi setapak, kepegang dinding-dinding tebing sebisaku,
Hanya satu yang jadi penyemangatku,
Satu niat kecil yang telah menggiringku ke dalam situasi ini
Januari..
Aku telah sampai kedasar tebing, yang berlumpur dan basah,
Aku menyusuri sebuah jalan kecil lagi, kearah depan sejauh 5 meter,
Dan diujungnya terdapat sebuah lobang kecil seukuran 2 kali badan orang dewasa,
Di dalam sana terdapat sesuatu yang berkilau-kilau,
Sebentuk benda putih yang memantulkan cahaya dari celah-celah kecil diatas goa,
Sebentuk batu kristal warna-warni bertebaran di bawah dan di dinding-dinding goa,
Aku pun mulai mengambilnya satu persatu, menempatkannya pada sebuah karung kain hitam
Februari
Puas mengambilnya, aku menutup dan mengikat karung hitamku,
Aku pikul di atas pundakku, cukup berat ternyata..
Dan sebelum aku mencoba keluar, terdengar bunyi gemuruh dari luar lobang goa tempat aku sekarang,
Aku pun keluar dari pintu goa, terlihat tanah dan batu berserak didasar tebing,
Dan ternyata satu-satunya jalan tempat aku turun tadi,
Disinilah aku harus berfikir bagaimana cara aku untuk kembali keatas sana
Untuk kembali menjalani kehidupan ku pada Maret, April, Mei dan seterusnya..
Dari November aku belajar, betapa pentingnya kesabaran dalam berusaha,
Karena tidak selamanya apa yang kita ingini tercapai dengan instant tanpa hambatan,
Sedang Desember mengajarkan untuk fokus dan pantang menyerah, mengahadapi segala hambatan
yang kadang menghadang jalan kita untuk mencapai tujuan kita,
Dalam Januari aku tau, bahwa keberhasilan tidak perlu untuk disombongkan,
Karena kesombongan sangatlah dekat dengan keserakahan dan hendaklah selalu bersyukur untuknya,
Februari mengingatkan kita, bahwa usaha saja tidak cukup untuknya meraih apa yang kita ingin,
Setidaknya dengan berdoa, kita menjadi lebih yakin dengan apa yang akan kita jalani,
Karena sekeras apapun kita berusaha, jika Tuhan telah berkehendak lain, kita tak bisa mengelaknya