Jumat, 24 Juli 2015

Sebuah Pesan dari Andani

Semarang, 20 Februari 2009


Hai kak, apa kabar?
Semoga kita selalu dalam lindungan Sang Maha Kuasa

Tak terasa kini telah sampai di ujung masa, masa yang akan memisahkan jiwa kita, memisahkan diantara waktu-waktu dan kesibukan kita, melepaskan semua kenangan-kenangan yang terukir saat kebersamaan hangat kita.

Kak, berjanjilah untuk selalu mengingatku walau sekejap saat, dalam sela-sela rutinitas yang tiada hentinya itu, akupun pasti senang, terlebih jika kakak sudi menanyaiku, pun hanya sekedar sapa lewat pesan singkatmu.

Aku tau walau tiadamu, hariku kini menjadi sepi, akupun tak mengekangmu untuk menjalani kehidupanmu diluar sana, aku akan mencoba berteman dengan sepi ini yang semakin lama kini semakin membuatku nyaman.

Sungguh, tak ada lagi yang mendengar keluh kesah ceritaku, sungguh, tak akan ada yang memberi ucap ketegaran padaku, hanya kakak satu-satunya pendengar terbaikku, layaknya pendengar setia radio dan akulah sebagai penyiarnya.

Kak, kitapun tak kan tahu kapan kita akan dipertemukan lagi, kapan kita akan bercanda bertukar cerita seperti dulu, habiskan hari-hari dengan cara kita sendiri, mengukir cerita indah seiring berlalunya waktu.

Akankah aku merindukanmu kak? Merindukan senyummu, merindukan suaramu, merindukan deru motor maticmu? Ahh, sungguh sebenarnya aku pun tak ingin merindu, karena aku tahu rindu itu sangatlah menyebalkan.


Adikmu tersayang

Andani
Untuk Cemburu, Kita pun Tak Berhak

Aku pun sadar jika keinginanku telah kalah
Keinginan yang kalah atas naluri dan logika pikirku
Keinginan untuk memilihmu
Keinginan untuk memilikimu

Aku pun sadar jika hak ku telah pudar
Hak yang pudar oleh sebuah keegoisan
Keegoisan untuk memilihmu
Keegoisan untuk memilikimu

Aku, kamu, kini pun tak lagi sama, tak lagi sendiri
Aku dengan kehidupanku, kamu dengan kehidupanmu
Berada di dunia dan waktu yang berbeda
Berada di tempat yang tak lagi sama

Hatiku, hatimu, tak lagi menyatu, tak seperti dulu
Aku dengan pilihanku, kamu dengan pilihanmu
Entah kemana nanti langkah hati kita berhenti,
Untuk mencari tempat labuhan terbaiknya

Mungkin hanya ingatan, hal yang tersisa
Sebuah bungkusan tercantik,
Yang menyimpan hal-hal terindah kita,
Pun juga segala duka dan tangis masa lalu

Adalah nyanyian dan tulisan ini salah satunya
Di mana tawa telah menyelimuti hangat
Menghiasi saat-saat terakhir berdua
Moment-moment yang tak akan terlupa

Aku menjadi aku, dan kamu pun tetap kamu
Berdua dengan hati yang berbeda
Tak ada lagi keinginan dan hak atas hati berdua
Terlebih untuk cemburu, kita pun tak berHak